Selasa, 20 Desember 2022

Opini " Islam dan Politik

 Islam Tanpa Politik akan Tertindas, Politik Tanpa Islam akan Menindas

Oleh: Aziz Yanuar mengutip dan menyusun dari beberapa sumber






Senin, 12 Desember 2022

Faktakini.info 



المسلمون لا يهتمون بالسياسة.سيُحكمون من قبل سياسيين لا يهتمون بالمسلمين.


"Kaum muslimin yang tidak peduli dengan politik maka mereka akan diatur oleh politisi yang tidak memedulikan kaum muslimin." (Necmetin Erbakan rahimahullah)



ISLAM BERPOLITIK?


Islam,  yes. Politik,  no. 

     Kredo politik ini pernah dipopulerkan oleh politisi2 kafir dan sekuler di dekade 80-an. Tujuannya tentu saja untuk menjauhkan aktivis-aktivis Islam dari politik, agar kaum sekuler dan kafirlah menguasai posisi-posisi politik di negeri ini. 

 Sampai saat ini kredo itu masih terus didengung-dengungkan mereka.


    Kalau dulu orang2 kafir menggunakan kredo : Islam yes, politik no  untuk menjauhkan umat Islam dari politik -- sekarang mereka sedang giat-giatnya memframing kebangkitan politik  ukhuwah Islamiyah sebagai politik identitas. 


    Padahal mereka yang doyan menuduh hal itu sebenarnya juga berpolitik identitas juga, namun dalam hal ini mereka membelokkan maknanya.


    Yakni politik identitas : islam berpolitik.. Dan ada yang konyol lagi yaitu seakan-akan politik ukhuwah Islamiyah itu ancaman bagi persatuan bangsa.


Logikanya sungsang. 


      80 % penduduk Indonesia muslim. Andai umat Islam bersatu di bawah payung politik yang sama,  bangsa ini akan teduh dan  kuat. Tapi oligarki dan kacung2nya lebih menginginkan umat Islam terpecah belah agar bangsa ini lemah dan gampang dikuasai. Begitu logikanya.


     Adapun dalil yang mereka gunakan untuk mengalas jargon itu ialah bahwa politik itu kotor sedang agama itu suci. Jadi tidak patut agama diseret seret ke wilayah politik.


    Oligarki dan kacung2nya ketakutan, karena sebenarnya umat Islam adalah kekuatan politik yang menentukan. Karena itulah persatuan mereka harus dijauhkan, dihalau dari panggung politik agar kekuasaan politik tidak lepas dari  genggaman kaum kafir dan sekuler.



Najwa Shihab



Sementara dalam pengamatan kami, 

    Para pemuka-pemuka agama  non muslim  justru sedang giat-giatnya mendorong jemaatnya untuk aktif berpolitik dan tidak golput. Dengan begitu,  tidak mengherankan, saat ini jumlah politisi non muslim sangat banyak duduk di parlemen dan DPRD. Mereka mencaleg melalui partai-partai  nasionalis—sekuler,  memanfaatkan suara pemilih Islam.


    Komitmen para politisi non muslim  ini terhadap kejayaan agamanya  sangat kuat. Di partai mana pun mereka berada, namun kalau sudah menyangkut isu agama, mereka akan bersatu, mengenyampingkan kepentingan pribadi dan partai.


Hal yang sebaliknya terjadi di kalangan partai dan politisi Islam. 


    Komitmen keagamaan mereka kurang. Mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan partai. Ketika menyangkut isu agama, mereka malah pecah.


      Hal itu terlihat dari pencalonan Ahok pada pilkada  DKI 2017 dan cara mensikapi PERPPU yang menyangkut umat. Sekali pun begitu banyaknya teks-teks politik  yang difirmankan Allah SWT agar tidak menjadikan kafir jadi pemimpin (Al Maidah 51) --  tetap saja sejumlah partai-partai Islam dan politisi Islam mengusung dan memilih Ahok.


     Alhamdulillah. Pasca penistaan Islam oleh Ahok serta kebijakan politik diskriminatif dan kesan permusuhan yang ditunjukan rezim  terhadap umat Islam –saat ini kesadaran umat Islam akan pentingnya umat  berperan dalam politik sudah bangkit dan menjalar ke seluruh santereo negeri. 


Dimana akhirnya umat menyakin bahwa Politik adalah salah satu aspek paling mendasar dan penting bagi dunia Islam, dalam rangka memperjuangkan tegaknya nilai-nilai qurani serta mengujudkan kemaslahatan umat dan kemuliaan Islam.


        Pentingnya politik dalam Islam, terlihat dari begitu banyaknya ditemukan teks-teks politik dalam Al Quran. Antara lain pada surah Al Baqarah 120, Ali Imran 28, Al Maidah 51 dll. 


Berdasarkan itulah menurut saya,

       Para intelektual, cerdik pandai dan ulama wajib mendorong orang-orang Islam sebanyak-banyaknya merebut posisi politik,  untuk mencegah  posisi-posisi politik tersebut tidak dikuasai oleh kaum sekuler dan kafir. Sebab fakta sejarah sudah membuktikan,  ketika tongkat kekuasaan jatuh pada orang2 kafir, mereka gunakan tongkat itu "memukul" umat.


     Kita berharap, agar para politisi Islam, di partai mana pun dia berada, agar menjadikan politik itu sebagai ladang amal. Utamakanlah kepentingan Islam di atas kepentingan pribadi dan partai. 


      Jadikanlah tugas-tugas politik bagian dari tugas kekhalifaan yang diembankan Allah SWT dalam rangka mengujudkan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. Hanya dengan cara begitulah kita bisa merubah mindset umat Islam tentang politik. 


Dari kotor jadi jernih. 


Saatnya politik digunakan untuk kepentingan agama. Bukan agama untuk kepentingan politik. Insya Allah !


Islam tanpa politik akan tertindas,

Politik tanpa Islam akan menindas .


#SayaBanggaIslamSebagaiIdentitasPolitik