Senin, 17 April 2023

TURUNKAN TANGANMU JENDERAL, !! : IBU PERTIWI MEMANGGILMU

 TURUNKAN TANGANMU JENDERAL, !!!

By : Aliansi Rakyat Berdaulat / ARB


Jendral AH Nasution, Bung Karno, dan Jendral Suharto


     Sudah jelas di depan mata Pancasila ingin dirubah oleh sekelompok orang yang berafiliasi pada sebuah organisasi terlarang tapi TNI tetap diam dan tidak bertindak apapun, padahal TNI adalah Bhayangkari bangsa dan negara. Landasan TNI adalah doktrin Tri Ubaya Sakti pada tahun 1967, sebagai cikal bakal penegak Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. 


   Terlihat jelas TKA China berbondong bondong masuk ke dalam negeri dengan berbagai macam status yang dapat mengancam kedaulatan negara, ada Kodim, ada Korem, sampai Kodam yang bertugas menjaga keamanan wilayah daratan semuanya bungkam, termasuk TNI AL dan TNI AU.


       Bermacam sumber daya alam strategis nasional seperti tambang nikel, emas, bijih besi, migas, perkebunan, dan sumber daya kelautan yang seharusnya menjadi modal utama pertahanan nasional dijarah asing tanpa standar pengawasan yang jelas. TNI tidak berupaya mengamankan semua obyek vital tersebut, mengapa sebuah institusi yang sangat jelas tugas pokoknya membiarkan begitu saja diberdayakan oleh institusi lain ??


Belum lagi jika kita bicara tentang Narkoba, illegal logging, separatisme, korupsi, serta pembuatan regulasi perundangan undangan yang jelas merugikan kepentingan nasional, dimana dalam doktrin pertahanan negara disebut ancaman Legislasi tapi berbagai ancaman tersebut sampai detik ini berjalan bebas dan leluasa tanpa hambatan, lalu dimana peran TNI ??


    Mereka sudah sangat berani mengobok ngobok negeri dengan berbagai macam agenda pengrusakan nilai nilai sosial Pancasila, keagamaan, moralitas, dan adu domba semua tercermin dari banyaknya konflik sosial. Berbagai pertanyaan bernada protes, caci maki, atau harapan yang dilontarkan masyarakat adalah bukti kecintaan rakyat kepada TNI yang saat ini melihat TNI hanya seperti robot. Itulah dinamika kondisi psikologis harapan masyarakat yang begitu gelisah dalam darah Nasionalisme, rakyat melihat kondisi bangsa di ambang perpecahan yang kian sekarat..


TNI memiliki sejarah dengan rakyat, jadi wajar apabila rakyat bertanya terkait eksistensi TNI saat ini sebagai alat pertahanan negara. TNI dahulu adalah tentara PETA, lalu menjadi BKR, TKR, TRI, hingga TNI. Artinya TNI adalah tentara yang memiliki sejarah perjuangan dengan rakyat, TNI sebagai tulang punggung penjaga negara yang diharapkan rakyat, dibiayai rakyat untuk dilatih, dibina, digaji, dan difasilitasi, TNI bukan tentara baru bentukan orde reformasi. 


    TNI kita hari ini adalah TNI yang disanjung,, dibenci, dan dicaci maki. 

   Padahal apa yang dirasakan rakyat hari ini, tak jauh berbeda dengan apa yang dirasakan para prajurit TNI itu sendiri, mereka sedih melihat kondisi lemahnya TNI. Kegelisahan rakyat justru semakin sakit dirasakan para prajurit karena begitulah sejatinya TNI, yaitu dari rakyat dan untuk rakyat. Setiap prajurit TNI sejak masuk pendidikan sudah bersumpah dan berikrar setia kepada NKRI berdasarkan Pancasila, dimana seluruh dedikasi dan loyalitas TNI itu adalah untuk negara.



NKRI Harga Mati 
Bukan Harga Nego



DILEMATIS TENTARA NASIONAL INDONESIA


Perlu diketahui tentang dilematis posisi TNI hari ini, 


   Sejak reformasi bergulir banyak hal fundamental telah merubah secara radikal fungsi dan peran TNI dalam kehidupan bernegara. Ada upaya halus dan sistematis untuk melemahkan TNI dari dalam dan dari luar baik secara struktural, fungsional, dan doktrin TNI. 


Semua baru disadari setelah bangsa dan negara hari ini tak berdaya dibawah kendali para globalis melalui kekuasan politik yang sistematis, Letjen TNI ( purn ) Yayat Soedrajat berkata :

"ada upaya untuk mengkerdilkan TNI"


    TNI sebagai komponen alat utama pertahanan negara sudah dikebiri sedemikian rupa, rakyat pasti setuju dengan reformasi TNI tapi bukan berarti menarik TNI jauh ke belakang menjadi garis keamanan negara yang dipegang Polri.


Keberhasilan kelompok globalis ini sejak awal ditandai dengan meruntuhkan pamor dan jati diri ABRI ( nama TNI sebelum reformasi 1998 ), melalui skenario Character assasination dengan stigma militeristik, pelanggar HAM, bengis dan sadis, penopang utama kekuasaan orde baru di bawah kepemimpinan Soeharto. 


    Sehingga pada masa itu ABRI dibuat seburuk buruknya, dan sejahat jahatnya di mata rakyat. Tujuannya adalah, agar kepercayaan diri ABRI runtuh, jauh dari rakyat, dibenci rakyat, agar ABRI tunduk patuh pada agenda supremasi sipil ala reformasi yang memberedeli peran TNI sehingga TNI menjadi pembantu. Dalam bahasa kasarnya adalah budak sipil.


Skenario meruntuhkan pamor dan wibawa berhasil mengunci gerak ABRI, sehingga lahirlah UU nomor 34 tahun 2004 yang menjadi titik awal TNI masuk kotak dan ditendang jauh dari pusat kekuasaan supremasi sipil. 


UU TNI ini lebih banyak tugas yang tidak bisa dilaksanakan dari pada yang dilaksanakan, amanahnya melaksanakan dan mengatasi tapi implementasinya di BKO. Dikeluarkannya TAP/MPR/VI tahun 2000 tentang dipisahnya Polri dari TNI yang sebelumnya bergabung menjadi satu, menjadi babak baru dimulainya sistem pertahanan keamanan nasional. 


   Namun pemisahan ini tidak jelas dalam prakteknya yang seharusnya melaksanakan fungsi kamtibmas, ternyata menjadi keamanan nasional dan yang seharusnya memiliki fungsi keamanan nasional malah diperbantukan dimana mana. Singkat cerita, sejak dipisahnya Polri dari TNI dan prinsip supremasi sipil berjalan di Indonesia, 



NKRI Setengah Mati / APBN jadi Garansi ?
Indonesia masuk jebakan Hutang China



    Sejak itulah peran TNI mengalami degradasi dari berbagai arah. 

   Puncaknya seperti yang terjadi saat ini, sejak fraksi ABRI dihapus maka MPR sebagai lembaga tertinggi negara di down grade, pusat kekuasaan legislatif dan eksekutif total dikuasai Oligarki partai politik. Ketika Oligarki politik berkuasa dengan sistem demokrasi yang super Liberal dan berbiaya mahal, disinilah pintu masuk para kelompok kapitalis membajak kekuasaan. Ketika para cukong, Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif berhimpun dan bersatu ?? 


     Maka sistem pemerintahan sudah total dikuasai mereka, inilah kondisi yang nyata terjadi di hari ini. Semua adalah hasil grand design agenda mereka sejak puluhan tahun yang lalu, dimana puncaknya adalah upaya mengganti dasar negara Pancasila menjadi Ekasila yang sarat ajaran Komunisme berbungkus ke Tuhanan yang berkebudayaan, inilah wujud makar pengkhianatan terhadap negara secara nyata.


     Rakyat baru menyadari bahwa reformasi hanyalah tahapan dan kedok dari para kelompok Neo PKI untuk melakukan misi balas dendam, berupaya merubah Indonesia berhaluan Komunis, membuang agama dan Pancasila dari kehidupan bernegara. Rakyat baru tersadar jika selama ini sudah dibodohi, ditipu, dan di nina bobokan dengan bahasa reformasi, demokrasi, dan kebhinnekaan, 


padahal semua hanyalah bagian dari strategi merubah Indonesia. 


     Para kaum intelektual yang dulu semangat berteriak reformasi, mencaci maki TNI, kini mereka sadar dan tersentak, bahwa TNI yang seharusnya dibesarkan dan dikuatkan justru telah mereka bunuh dan mereka penjarakan atas nama HAM dan militeristik.




1. TNI kita hari ini adalah tentara paling sipil di dunia karena personilnya tidak boleh membawa senjata, hanya sarung pistol kosong yang dibawa kemana mana.


2. Tahukah kita, bahwa secara sistematis TNI yang seharusnya sebagai komponen utama alat pertahanan negara sekarang sudah bergeser tupoksinya menjadi komponen pembantu karena tugasnya hanya membantu Polri. Membantu bencana. Membantu pemadaman kebakaran hutan, membantu meredam tingkat kejahatan, membantu Polri mengatur arus lalu lintas seperti Kopka Azmiyadi yang menggadaikan motornya demi menyewa alat berat untuk melancarkan arus lalu lintas yang macet,

  lalu Danrem 072 Surya kencana Brigjen TNI Ahmad Fauzie yang mendatangi kediaman habib Bahar memberi peringatan agar memperbaiki cara dakwahnya, bahkan untuk menumpas separatisme yang jelas menjadi bagian dari tugas pokok TNI tetap difungsikan untuk membantu Polri dalam tugas operasi penumpasan separatis yang diganti nama jadi kelompok kriminal bersenjata KKB dengan seribu alasan.


3. Tahukan kita, bahwa TNI kita hari ini sudah menjadi korban adu domba politik belah bambu antara TNI dan Polri. Dimana Polri atas kebijakan politik dijadikan garda terdepan dalam implementasi konsep Democratic policing, sementara RUU Kamnas sengaja di peti eskan. Oleh karena itu TNI selalu berada di belakang membantu Polri. 


4. Tahukah kita, bahwa jumlah Polri hari ini sudah tiga kali lipat lebih banyak dari jumlah TNI alias 1 banding 3, secara anggaran pun Polri jauh lebih fantastis diatas anggaran TNI tapi yang digembar gemborkan anggaran Kementerian pertahanan jauh lebih besar, padahal setelah dibagi berdasarkan matra anggaran TNI jauh di bawah anggaran Polri.


5. Tahukah kita, saat ini secara kedudukan hukum Polri begitu spesial langsung berada dibawah Presiden, sementara TNI berada di bawah Menteri pertahanan, artinya secara strata hukum dan jabatan Polri setara dengan Menteri sedangkan TNI berada dibawah Menteri.


6. Tahukah kita, bahwa sudah hampir semua peran TNI saat ini diambil alih oleh Polri ?? 

Termasuk peran pembinaan teritorial, cipta kondisi, dan pasukan kombatan.


7. Tahukah kita, bahwa secara persenjataan organik hari ini Polri lebih canggih dari pada senjata organik TNI, senjata pasukan Densus 88, Gegana, dan Brimob Polri jauh lebih canggih dari pada senjata batalion infantri Raider. Masih ingatkah kalian peristiwa masuknya 5000 senjata berat yang tertahan di bandara Soekarno Hatta, kemudian hal itu dikritik dan dipertanyakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo disaat itu, untuk apa dan siapa yang memberi izin ?? 

Pertanyaan itulah yang membuat digesernya Panglima TNI disaat itu.


8. Tahukah kita, saat ini ada yang namanya istilah multi fungsi Polri melebihi peran Dwi fungsi ABRI di era orde baru yang dulu dicaci maki ?? 

Saat ini peran Polri sangat dahsyat dan luar biasa, sampai ada anekdot NKRI adalah Negara Kepolisian Republik Indonesia.


9. Tahukah kita, saat ini tak jelas lagi batas antara dimensi pertahanan dan keamanan ?? 

Semua tidak ada kejelasan, mana tugas pokok TNI sebagai komponen utama pertahanan dan mana tugas Polri sebagai komponen pendukung.


10. Tahukah kita, bahwa saat ini fungsi teritorial TNI sudah dikebiri, tak jelas lagi fungsi dan tugasnya. Padahal 49 ribu Babinsa seluruh Indonesia adalah mata dan telinga TNI dalam upaya cegah dini, tangkal dini, ATHG Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan terhadap negara tetapi yang ada justru Serka Marjan prajurit Babinsa dari Koramil 1506-04 Waeyapo dimaki maki anggota Brimob baru baru ini karena Brimob tidak berkoordinasi. 



TNI adalah Anak Kandung Rakyat



Maka terjadilah seperti hari ini, 


    Rakyat mudah diadu domba dan tidak ada penengah walaupun TNI tahu siapa aktor dan dalangnya tetapi tak bisa berbuat apa apa karena terkunci aturan sistematis yang tidak logis. Itulah yang di sebut serangan Asytmmetric war untuk melemahkan negara dari dalam, serangan ini tidak berupa serangan fisik tetapi non fisik berupa pikiran dan ideologi dan sudah pasti tidak berseragam militer. Sedangkan TNI hari ini dipaku seolah hanya boleh bertindak jika ada serangan fisik dari tentara luar berseragam. 


Silakan dipikir, 

   jika sudah demikian betapa leluasanya para anasir asing mengacak ngacak bangsa ini dari dalam, saat ini model peperangan sangatlah canggih dengan pola mega trend berbasis digital IT dan social engineering sistematis. 

Mari kita lihat banyaknya video yang bertebaran TNI dipukuli tukang parkir, TNI dibunuh preman,

  Praka Israq anggota paspamres dipegang kerah bajunya oleh para Polisi di Jakarta barat beberapa waktu lalu yang terekam jelas pada video. Siapa perekam video itu, mengapa harus diviralkan, kenapa perekam video Polisi menembaki gas air mata ke arah penonton di stadion Kanjuruhan Malang justru ditangkap ??


11. Tahukah kita, bahwa Panglima TNI hari ini ditunjuk oleh Presiden, sedangkan presiden adalah bagian dari kekuasaan politik. Bayangkan apabila kewenangan politik disalahgunakan untuk mengkooptasi TNI agar tunduk pada kekuasaan, bukan pada rakyat dan negara lagi. Jangan heran jika Jenderal Soedirman tak mau diatur oleh Soekarno soal perang gerilya, jangan heran jika Jenderal Ahmad Yani tak mau diatur dalam soal pemberian senjata dari China untuk kaum Komunis.


12. Tahukah kita, bagaimana TNI kita secara kekuasaan politik tidak berdaya dan tunduk di bawah kekuasaan politik ?? 

TNI tunduk pada kekuasaan supremasi sipil tapi anehnya kontradiktif Polri yang katanya sipil bersenjata mempunyai pasukan kombatan dan peralatan tempur yang super canggih, hingga pantas dikatakan Polri adalah Polisi paling militeristik didunia. Sampai memerangi terorisme dan separatisme yang seharusnya menjadi tugas TNI juga diambil alih oleh Polri, TNI tak punya kewenangan apapun khususnya TNI AD.


13. Tahukah kita, jika TNI hari ini secara institusi terikat oleh UU dan secara individu terikat oleh sumpah Sapta Marga ?? 

Namun disatu sisi ada kelompok sipil melalui kekuasaan politik dapat mengintervensi permasalahan internal TNI, baik itu berupa penempatan posisi jabatan dan belanja anggaran persenjataan TNI.


14. Sadarkah kita slogan Sinergitas TNI Polri adalah cara halus mengikat TNI ke belakang untuk memberi kekuasaan luas pada Polri didepan. Logikanya, untuk apa Polri dipisah dari TNI jika saat ini diikat lagi dengan bahasa Sinergitas ??

Inilah gerakan Klandestin para Komunis, Sinergitas agar TNI berada dibawah kendali Polri.


     Semua penjelasan diatas adalah beberapa bagian yang menjadi beban tugas, beban moral, beban psikologis mental prajurit TNI dalam menunaikan tugas dan dharma baktinya pada negara. Sudah sangat jelas bagaimana upaya sistematis mengekang TNI, melumpuhkan, dan menempatkan mereka di belakang peran dan tugas Polri. 


Tentu hal ini menimbulkan kecemburuan dan gejolak batin terhadap TNI karena TNI sudah dilatih, dibina, difasilitasi, dididik, dan disumpah sedemikian rupa untuk menjaga kedaulatan negara. Sekarang bagaimana menjaga kedaulatan negara jika perang strategis TNI sudah diambil alih Polri ?? 


Sedangkan Polri itu tupoksinya hanya pada kamtibmas,


   jadi wajar jika negara hancur karena tak ada lagi fungsi dan peran intelijen, tempur, serta teritorial. Apapun yang ditulis TNI dalam buku buku pelajaran bukan lagi menjadi kewenangan TNI tapi TNI hanya membantu, jadi sangatlah wajar jika saat ini yang dianggap ancaman berlainan dengan kenyataan, 


  menjadikan Islam sebagai ancaman bahkan musuh negara dengan dalih Radikalisme dan Khilafah karena memang hanya Islam yang mewajibkan untuk mengkritik pemerintah tetapi pada kenyataannya justru kelompok Neo PKI yang mau menggganti Pancasila.


   Menganggap Islam sebagai ancaman yang anti Pancasila hanya bungkus untuk menutup isu mereka yang sudah banyak menjual dan menjarah sumber daya alam, hutang yang tak terhitung, maraknya aparat Polri bermain Narkoba, dan TKA China dimana mana menggerogoti sendi keutuhan negara.


  Hari ini ancaman perang itu tidak berupa serangan fisik semata tetapi ada ancaman perang Hybrida, perang senjata Biologi, perang ideologi, perang ekonomi, perang budaya, dan perang urat syaraf politik dari bangsa lain untuk menguasai Indonesia. Sedangkan tools dan kewenangan TNI sangat dibatasi sedemikian rupa, bahkan untuk latihan dan membeli senjatapun harus tunduk dan mengemis pada politisi. 



Meskipun kebohongan berlari secepat kilat,
Suatu waktu, Kebenaran akan menyusulnya 



Sungguh TNI ku sayang, TNI ku malang


 Ketika ada kejadian berupa perang, bencana alam, dan gangguan keamanan berat TNI baru dipanggil untuk diperbantukan tapi ketika berupa fasilitas politik, kewenangan, menyangkut sarana dan prasarana TNI wajib sabar untuk banyak mengalah demi slogan bumi pertiwi. 

Hari ini rakyat baru terbangun dari tidurnya,

 Bahwa upaya melemahkan TNI adalah bagian sistematis dari upaya balas dendam dari para kelompok Neo PKI, agar mereka leluasa merebut Indonesia menjadi negara Komunis.  


    Sungguh miris ketika tentara dibuat tak berdaya lagi, bahkan jikalau perlu dibuat masuk barak atau menjaga perbatasan. Namun ketika negara sudah sekarat, barulah semua berteriak memanggil nama TNI, ketika semua peran TNI sudah lumpuh lalu terjadi konflik polemik yang tidak terkendali, barulah memanggil nama TNI, kemana TNI ?? 

Semua yang nyaman untuk Polri, sementara yang sulit dan berat untuk TNI. 

Inilah yang di rasakan keluarga besar TNI di hari ini, 


    infiltrasi politik belah bambu untuk memecah TNI dan Polri sedang berjalan saat ini. Satu diangkat, satu diinjak dan strategi ini baru rakyat sadari, inilah bagian infiltrasi politik para antek PKI yang berhasil menyusup secara halus, mempengaruhi putusan politik pasca reformasi. Lalu siapa lagi yang menjaga bangsa ini dari upaya infiltrasi ke masyarakat dalam politik adu domba, hasut menghasut, perang Narkoba yang bertujuan untuk melemahkan Indonesia dari dalam ??


    Semoga para pembaca tulisan ini menyadari, bahwa ada gerakan yang berambisi menguasai Indonesia dengan melemahkan alat pertahanan negara. 


   Mereka sangat paham jika fungsi teritorial TNI kembali berjalan dan TNI kembali ada di Senayan, maka agenda mereka akan hancur berantakan. Mereka pun paham jika TNI memiliki peta dan tools strategi untuk semua hal itu. 


   Tapi, Allah selalu punya cara untuk mengalahkan makar dan kezaliman mereka diluar nalar dan perhitungan manusia, ketika tahun 1965 mereka sudah merasa diatas angin, maka Allah munculkan Jenderal TNI Soeharto yang tidak mereka sangka dan tidak mereka masukkan dalam daftar pembunuhan 7 Jenderal yang harus mereka habisi. 


    Akhirnya Jenderal TNI Soeharto mematahkan gerakan mereka yang sudah mereka rilis secara rapi dan sempurna, marilah kita berdoa agar Allah senantiasa melindungi bangsa dan negara dari segala ancaman dan cengkeraman mereka. 

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, 

Jayalah selalu Tentara Nasional Indonesia.